Jumat, 25 Maret 2011

Mengantri Waktu

Mengantri BBM di SPBU adalah hal lazim, atau mengantri sembako juga hal yg lumrah. Bagaimana dengan mengantri waktu?

Hampir dipastikan tidak pernah ada! waktu memang gratis dan setiap orang memiliki waktu yg sama panjangnya setiap hari hanya saja jatahnya berapa lama seumur hidup tidak ada yg tahu.

Karena waktu adalah sumberdaya yg gratis dan dimilik semua orang, kebanyakan orang tidak menyadari kalau waktu adalah aset berharga yg seharusnya dijaga dan dimanfaatkan sebaik-baiknya. Saban hari kita lihat orang berlama-lama main gaple dll. tak mengenal waktu, sementara di lain pihak ada orang-orang yg begitu antusias mengisi waktu dengan kesibukan yg berguna.

Tak terbayangkan bila waktu tiba-tiba habis, kemana hendak membelinya? kalau gas LPG kita habis tinggal telepon dan datang, air galon kita habis tinggal telepon dan datang, lantas bagaimana kalau waktu kita habis? atau tiba-tiba saja ada penguasa yg memborong waktu dan menjualnya dengan harga mahal, pastilah kita harus mengantri membeli waktu berapapun!

Bersyukur kita masih punya waktu dan tidak perlu membeli alias gratis! so pergunakanlah waktu sebelum waktu membelah dada kita. Kata orang Arab waktu itu seperti pedang, pandai-pandailah mempergunakannya kalau tidak celakalah kita.

Merugilah manusia kecuali orang yg beriman dan berbuat baik, menganjurkan kebaikan dan kesabaran.

Kamis, 24 Maret 2011

Jendela Keresahan

Waktu sepertinya menelan mentah-mentah setiap detik sepak terjangku. Pagi ini sama seperti setiap pagi yg sudah berlalu, entah berapa pagi. Wajah resah seorang hamba ketika semua serba rutin hampir statis, di antara waktuku sejenak aku layangkan pandanganku di jendela kantorku, aku pandang dari ketinggian ke seluruh penjuru. Tanpa kata, yang ada ada tatapan kosong meratapi waktu yg pergi, hari-hari yg membosankan.

Rasanya sudah puluhan kali aku layangkan pandanganku di jendela yg sama di setiap kali keresahan itu datang mendera. Puluhan kali pula saya dapati pemandangan yg kurang lebih sama, semua seperti potret lama yg usang tanpa ekspresi.

Kepada kaca jendela, kusam warnamu seperti mewakili kusamnya hatiku. Kaca jendela, engkau memang menembuskan pandanganku, namun kau juga membatasi diriku. Kaca jendela, engkau mewakili penjara pandangan dan gapaian tanganku.

Kepada jendela, aku ingin melempar jauh-jauh keresahanku, melompat jauh pergi menata jalan hidupku lagi.