Selasa, 13 September 2011

Oleh-oleh Lebaran 2011 Part 2

Moment mudik kali ini saya membawa banyak misi, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya yang hanya bermaksud silaturrahim saja dengan keluarga besar baik di Ujung Pangkah maupun di Kediri. Misi penting lainnya adalah mengenali lagi potensi daerah dan mengembangkannya dengan sedikit sentuhan teknologi terkini agar didapatkan hasil yang lebih baik.

Potensi Ujung Pangkah, Gresik
Di daerah saya lahir ini, potensi hasil laut berupa ikan dan udang windu di masa lalu sangat melimpah, pendek kata kehidupan para petambak udang sangatlah makmur, berhaji rombongan sekeluarga tiap tahun adalah biasa, menyekolahkan anak sampai ke luar negeri adalah biasa saja apalagi cuma kuliah di kota-kota besar sekitar, tapi keadaan itu sekarang sudah berubah. Menurut ayah saya, sudah sepuluh tahun terakhir keadaan ekonomi di daerah saya menurun drastis, tambak udang banyak gulung tikar karena benur sering mati sebelum jauh di panen , pernah ganti varietas udang vename tapi juga gagal. Akhirnya yg tersisa hanya budidaya ikan bandeng saja dengan hasil yg masih belum memuaskan karena antara hasil panen dan modal yg keluar tidak jauh berbeda alias untung tipis.

Komoditas lain berupa sarang burung walet juga sama saja, sarang walet yg menjadi andalan sudah jauh berkurang hasilnya, dulu satu rumah bisa mendapatkan 2-3 kg sekali panen (3-4 bulan) dengan harga 15jtan/kg sekarang hanya tinggal hitungan 1/4 kg sekali panen. Pendek kata keadaan makin sulit, kehidupan terlihat stagnan alias mandeg malah cenderung turun kualitasnya, hal ini bisa dilihat secara kasat mata dari bangunan2 rumah penduduk yg tidak banyak berubah bahkan malah banyak yg mulai rusak dibiarkan tanpa renovasi, bahkan anak-anak muda banyak yg sulit melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi tidak seperti masa saya dulu.

Eksploitasi yg berlebihan di masa lalu dengan pupuk buatan yg berlebihan diduga menjadi biang keladi kegagalan demi kegagalan para petambak, pupuk dan aneka jenis pelet yg tersisa bisa jadi telah meracuni tanah dan air tambak petani. Apalagi ditambah dengan cuaca dan musim yg tidak menentu, komplitlah masalah yg dihadapi para petambak disamping isu pencemaran akibat penambangan gas di pantai dekat Ujung Pangkah.

Merehabilitasi tanah tambak adalah langkah awal dan pengenalan budidaya perikanan baru seperti budidaya penggemukan kepiting, kepiting soka, lobster air tawar maupun ikan nila adalah langkah selanjutnya agar masyarakat tetap bergairah untuk bertambak. Dari hasil pengamatan selama mudik lebaran, budidaya penggemukan kepiting dan kepiting soka (soft shell crab) sudah berjalan dan cukup berhasil di beberapa tambak. Budidaya lobster belum ada sedangkan ikan nila pernah ada di beberapa tambak dan berhasil, namun karena investornya tidak melanjutkan sewa tambaknya  budidaya ikan nila akhirnya berhenti.

Khusus untuk ikan nila, prospek budidaya ini cukup cerah asalkan dibudidayakan dengan teknologi yg tepat, untuk itu saya berusaha memperkenalkan benih nila yg sudah di-screening secara genetika sehingga didapat benih dengan sifat-sifat unggul yg nantinya diharapkan seragam hasilnya baik bentuk maupun besaran fisiknya atau beratnya saat dipanen. Perkara memperkenalkan teknologi baru bukanlah hal mudah untuk masyarakat desa, oleh karena itu saya berusaha memperkenalkannya terlebih dahulu kepada petani tambak yg terdidik, karena saya yakin mereka bisa cepat menerimanya dan akan menjadi pioneer dalam masa pengembangan nantinya. Proposal sudah dibuat dan diajukan, tinggal menunggu approved! Semoga sukses.

Potensi lain adalah pengembangan aneka produk hasil olahan ikan, selama ini yg sudah berkembang adalah aneka krupuk, mulai dari krupuk udang dan ikan mulai KW1 sampai KW5, yg terakhir yg sedang naik daun adalah keurupuk beton dengan bentuk bulat-bulat berbahan ikan payus, hanya saja masih industri rumahan dan hanya melayani pesanan bukan produksi massal dengan sistem pemasaran yg baik. Sama juga dengan produk lain, semisal otak-otak bandeng dan bandeng tanpa duri, masih skala rumahan dan order pesanan saat ada event tertentu. Potensi ini layak digarap dengan serius dan perlu perhatian perangkat desa dan kecamatan setempat untuk dibina dan dikembangkan, sehingga ekonomi masyarakat akan tumbuh kembali dengan lebih baik karena disokong oleh industri pengolahan makanan berbasis hasil tambak dan laut yg dulunya belum pernah ada. Di sinilah diperlukan pemimpin selevel kepala desa yg berwawasan maju dan berjiwa kewirausahaan yg baik.


Senin, 12 September 2011

Oleh-oleh Lebaran 2011 Part 1

Pulang kampung nih! begitu kata Obama saat ke Jakarta beberapa waktu yang lalu, begitu juga saya sekeluarga, mudik ke Jawa Timur (Gresik dan Kediri) saat Lebaran 2011. Banyak hal yg bisa saya lihat dan rasakan selama libur lebaran kali ini, melihat dari dekat dan berusaha mengikuti irama kehidupan masyarakat di luar  Jakarta dalam keseharian, terutama masyakat desa dan kota kecil di Jawa Timur.

Blak-blakan!
Kalau ada iklan kartu selular yg memiliki tema blak-blakan dalam bicara mungkin tepat dialamatkan kepada sikap bicara orang pantai seperti di daerah tempat saya lahir di pantai utara Jawa Timur tepatnya di kecamatan Ujung Pangkah-Gresik. Tidak ada yg ditutupi dalam bersikap, tanpa "tedheng aling-aling" alias tanpa basa-basi atau sungkan bicara di depan orang lain, spontan alias ceplas-ceplos, positifnya adalah tidak ada sikap maupun omongan yg dipendam dalam hati, semuanya lepas saat itu juga, spontan dan tidak ada maksud lain selain mengatakan apa adanya, selesai saat itu juga, ada kesatuan kata dan ekspresi, tidak munafik! namun susahnya kalau masyarakat dari daerah lain yg belum terbiasa dengan sikap bicara blak-blakan ini jadi agak runyam, seperti istri saya sendiri yg rada halus gaya bicaranya, jadilah saya sebagai "penenang" dan "penerjemah" maksud dari ucapan-ucapan para tetangga dan saudara-saudara saya yg blak-blakan tsb. Alhamdulillah sekarang istri saya sudah terbiasa dan sangat mengerti gaya bicara blak-blakan daerah saya.

Konon sikap terbuka masyarakat pantai inilah yg awalnya bisa menerima budaya-budaya baru yg datang di nusantara ini, mudah berinteraksi dengan budaya dan bangsa lain yg berdagang saat itu sehingga pantai-pantai nusantara seperti Pasai di Aceh dan Tuban di Jawa Timur termashur kala itu sebagai pelabuhan dagang besar di dunia, hanya sayang sekali sikap terbuka ini dimanfaatkan secara negatif oleh segelintir bangsa penjajah untuk pijakan mencengkeram nusantara ratusan tahun.

Sikap blak-blakan tanpa bermuka dua itulah yg secara positif (perlu sedikit dimodifikasi) perlu dikembangkan dalam cara berkomunikasi saat ini, orang harus terbuka sikapnya, antara hati, sikap dan perbuatan sama dan sebangun, tidak ada yg ditutup-tutupi dengan maksud-maksud tersembunyi, tidak ada lempar batu sembunyi tangan! tidak ada sikap diam atau manthuk-manthuk di forum namun di luar forum beda sikap dan suara seperti tejadi di aneka forum rapat saat ini, mulai dari rapat RT sampai sidang paripurna DPR!

Nol detik
Serba cepat dan buru-buru itulah ciri khas aktifitas di kota besar seperti di Jakarta, berjalan cepat-cepat, berkendaraan cepat-cepat tak peduli kanan kiri, saling serobot dari motor butut sampai mobil mewah. Memburu waktu! itulah alasannya dengan berbagai bungkus kegiatan. Beda sekali sewaktu saya berada di daerah, waktu seakan beku tak berdetak bahkan "menghilang" dan mebuat saya hampir tidak tahu hari apa hari ini apalagi besoknya. 

Orang-orang beraktifitas kalem saja, santai saja tidak ada yg kelewat nafsu di jalanan, bahkan saking kalemnya, di Kediri, setelah lampu lalu lintas hijaupun kendaraan masih saja "enggan" cepat-cepat berjalan, pelan saja, karena bawaan dari Jakarta saya jadi kesal dan uring-uringan sendiri melihat sikap kendaraan di depan saya, jadilah saya ikut pelan dan menahan diri daripada jadi aneh sendiri. Akhirnya daripada seringkali kesal di jalan, sayapun mengalah, jadi ikut tenang, mencoba mengikuti irama yg ada dan sebisa mungkin menikmati keadaan, siapa tahu saat-saat seperti ini setidaknya setahun sekali bisa merefresh beban pikiran selama hidup di Jakarta.

Waktu seakan beku sementara waktu, nol detik! tidak ada yg peduli tentang waktu saat itu, kecuali waktu-waktu sholat tentunya. Perasaan tenang dan lapang, semuanya lepas dari kungkungan rutinitas. Waktu seolah jadi milik pribadi yg bisa disetel sesukanya, kira-kira seperti sang pemilik waktu walau tak sepenuhnya!

Selamat Idul Fitri 1432H Mohon Maaf Lahir dan Batin