Pulang kampung nih! begitu kata Obama saat ke Jakarta beberapa waktu yang lalu, begitu juga saya sekeluarga, mudik ke Jawa Timur (Gresik dan Kediri) saat Lebaran 2011. Banyak hal yg bisa saya lihat dan rasakan selama libur lebaran kali ini, melihat dari dekat dan berusaha mengikuti irama kehidupan masyarakat di luar Jakarta dalam keseharian, terutama masyakat desa dan kota kecil di Jawa Timur.
Blak-blakan!
Kalau ada iklan kartu selular yg memiliki tema blak-blakan dalam bicara mungkin tepat dialamatkan kepada sikap bicara orang pantai seperti di daerah tempat saya lahir di pantai utara Jawa Timur tepatnya di kecamatan Ujung Pangkah-Gresik. Tidak ada yg ditutupi dalam bersikap, tanpa "tedheng aling-aling" alias tanpa basa-basi atau sungkan bicara di depan orang lain, spontan alias ceplas-ceplos, positifnya adalah tidak ada sikap maupun omongan yg dipendam dalam hati, semuanya lepas saat itu juga, spontan dan tidak ada maksud lain selain mengatakan apa adanya, selesai saat itu juga, ada kesatuan kata dan ekspresi, tidak munafik! namun susahnya kalau masyarakat dari daerah lain yg belum terbiasa dengan sikap bicara blak-blakan ini jadi agak runyam, seperti istri saya sendiri yg rada halus gaya bicaranya, jadilah saya sebagai "penenang" dan "penerjemah" maksud dari ucapan-ucapan para tetangga dan saudara-saudara saya yg blak-blakan tsb. Alhamdulillah sekarang istri saya sudah terbiasa dan sangat mengerti gaya bicara blak-blakan daerah saya.
Konon sikap terbuka masyarakat pantai inilah yg awalnya bisa menerima budaya-budaya baru yg datang di nusantara ini, mudah berinteraksi dengan budaya dan bangsa lain yg berdagang saat itu sehingga pantai-pantai nusantara seperti Pasai di Aceh dan Tuban di Jawa Timur termashur kala itu sebagai pelabuhan dagang besar di dunia, hanya sayang sekali sikap terbuka ini dimanfaatkan secara negatif oleh segelintir bangsa penjajah untuk pijakan mencengkeram nusantara ratusan tahun.
Sikap blak-blakan tanpa bermuka dua itulah yg secara positif (perlu sedikit dimodifikasi) perlu dikembangkan dalam cara berkomunikasi saat ini, orang harus terbuka sikapnya, antara hati, sikap dan perbuatan sama dan sebangun, tidak ada yg ditutup-tutupi dengan maksud-maksud tersembunyi, tidak ada lempar batu sembunyi tangan! tidak ada sikap diam atau manthuk-manthuk di forum namun di luar forum beda sikap dan suara seperti tejadi di aneka forum rapat saat ini, mulai dari rapat RT sampai sidang paripurna DPR!
Nol detik
Serba cepat dan buru-buru itulah ciri khas aktifitas di kota besar seperti di Jakarta, berjalan cepat-cepat, berkendaraan cepat-cepat tak peduli kanan kiri, saling serobot dari motor butut sampai mobil mewah. Memburu waktu! itulah alasannya dengan berbagai bungkus kegiatan. Beda sekali sewaktu saya berada di daerah, waktu seakan beku tak berdetak bahkan "menghilang" dan mebuat saya hampir tidak tahu hari apa hari ini apalagi besoknya.
Orang-orang beraktifitas kalem saja, santai saja tidak ada yg kelewat nafsu di jalanan, bahkan saking kalemnya, di Kediri, setelah lampu lalu lintas hijaupun kendaraan masih saja "enggan" cepat-cepat berjalan, pelan saja, karena bawaan dari Jakarta saya jadi kesal dan uring-uringan sendiri melihat sikap kendaraan di depan saya, jadilah saya ikut pelan dan menahan diri daripada jadi aneh sendiri. Akhirnya daripada seringkali kesal di jalan, sayapun mengalah, jadi ikut tenang, mencoba mengikuti irama yg ada dan sebisa mungkin menikmati keadaan, siapa tahu saat-saat seperti ini setidaknya setahun sekali bisa merefresh beban pikiran selama hidup di Jakarta.
Waktu seakan beku sementara waktu, nol detik! tidak ada yg peduli tentang waktu saat itu, kecuali waktu-waktu sholat tentunya. Perasaan tenang dan lapang, semuanya lepas dari kungkungan rutinitas. Waktu seolah jadi milik pribadi yg bisa disetel sesukanya, kira-kira seperti sang pemilik waktu walau tak sepenuhnya!
Selamat Idul Fitri 1432H Mohon Maaf Lahir dan Batin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar