Kamis, 26 September 2019

Menyiapkan Generasi Z

Konon seorang mahaguru di zaman kerajaan nusantara dikirim rajanya ke masa depan (masa sekarang) dalam rangka benchmarking sistem pembelajaran dan mendarat di sebuah perguruan tinggi di Indonesia. Beliau berjalan di lorong kampus dan melihat ruang kelas perkuliahan.

Dalam pengamatannya, beliau heran sekali mengapa di zaman sekarang yang sudah modern didapati kenyataan cara pengajaran yang tidak jauh berbeda dengan cara di zaman kerajaan di masanya. Beliau melihat seseorang berada di posisi terdepan kelas dan menghadap ke sebagian besar orang di ruangan tersebut. Seseorang tersebut berbicara dan sebagian besar orang mendengar dan menulis. Beliau heran sekali karena sama dengan cara beliau memberikan pengajaran kepada murid-muridnya di padepokan. Setelah kembali ke masanya, sang mahaguru melaporkan kepada raja bahwa pengajaran di kerajaan sudah sesuai dengan masa modern jadi tidak perlu dilakukan perubahan apa-apa. Setengah tidak percaya, raja berkerut dahinya dan menanyakan alamat surel rektor yang dikunjungi sang mahaguru...he he he.

Tentu cerita di atas adalah fiktif namun bila dicermati bersama faktanya, maka masih begitulah cara kita mengajar di zaman sekarang dan secara filosofis tidak beda jauh dengan zaman baheula. Materinya memang berbeda namun caranya masih kuno walau sekarang didukung dengan teknologi layar LCD tanpa kapur tulis dan papan tulis namun hakekatnya sama, posisi sentral di guru dan posisi sebagai penerima pengajaran adalah murid. Ada yang menjadi pengantar sumber ilmu dan ada yang menerima ilmu.

Lalu seharusnya seperti apa sistem pendidikan masa mendatang? pendidikan lebih personalized, lebih pada pemenuhan kebutuhan peserta didik. Peserta didik menentukan obyek pembelajarannya dan terlibat dalam merencanakan kurikulum atau package-nya. Bayangkan seperti seseorang ke supermarket dan secara swalayan memilih sendiri bahan-bahan makanan yang hendak dimasak sesuai menu yang direncanakan, begitulah peserta didik di masa mendatang, mereka sudah memiliki rencana mau bekerja di bidang apa dan belajar apa lalu memilih sendiri materi pelajaran atau mata kuliah apa yang perlu diambil dan dipelajari sesuai kebutuhan di tempat pekerjaan.

Di zaman itu sumber ilmu bisa dari mana saja (big data, internet, perpustakaan virtual, alam, dan masyarakat) dan yang belajar bukan hanya murid namun guru juga ikut dalam proses belajar, long life learning, artinya guru secara status sudah tidak nyata alias kabur karena lebih tepatnya sebagai fasilitator. Tempat belajar tidak lagi bersekat kelas seperti sekarang, ruangnya bisa maya dan diakses darimana saja, di tempat kerja, di rumah, di alam dan kapan saja.


Generasi Y
Siapa generasi Z GenZ? generasi yang lahir dalam rentang tahun 1995 sampai dengan tahun 2010 masehi. GenZ adalah generasi setelah GenY, generasi ini peralihan GenY dengan teknologi yang makin berkembang. GenZ beberapa diantaranya adalah keturunan GenX dan GenY. Di antara ciri GenZ adalah suka berkomunikasi sosial melalui jejaring sosial, lebih mandiri dari generasi sebelumnya, terbiasa multitasking dalam beraktifitas, serta kurang berkomunikasi verbal.


Bagaimana menyiapkan GenZ? skill yang dibutuhkan GenZ adalah keterampilan sosial, kompetensi kemudahan berinteraksi dengan bebagai budaya, literasi baru (literasi data, literasi teknologi, dan literasi manusia), dan kemampuan belajar sepanjang hayat dengan mengembangkan kemampuan 4 C (critical thinking, commucation, collaboration, dan creativity) melalui kurikulum adaptif dan fleksibel.

Siapkan diri menyongsong era baru....man jadda wa jada (barang siapa bersungguh-sungguh pasti berhasil).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar