Menembus Batas!
Wahai sekalian perguruan tinngi
swasta maupun negeri di Indonesia, jika engkau mampu menembus rekognisi
internasional, maka tembuslah. Engkau tidak akan mampu menembusnya kecuali
dengan kekuatan.
Sebuah kampus komputer di Yogyakarta menembus rekognisi internasional
dengan caranya sendiri tidak melalui akreditasi ataupun sertifikasi
internasional, yaitu memilih keunikannya sendiri lalu diexplore habis yang
tidak dimiliki kampus lain. Kampus ini tidak mau bersaing dengan kampus lain
yang sudah terlebih dulu mapan di kriteria-kriteria yang ada, tidak mau
bersaing di red ocean melainkan berenang
sendiri di blue ocean yang belum
banyak pesaingnya. Ya..bidang teknologi digital khususnya animasi.
Kalau kampus ini bersaing dengan
jumlah dosen S3 pasti habis, kalah. Bersaing di hasil penelitian terindeks
Scopus pasti habis, kalah. Bersaing di sarana praasarana, habis. Maka dicarilah
dan pilih kekhasan dan keunggulan kampus ini yang bisa diexplore habis sebagai
kekuatan yang tidak tertandingi. Bagaimana tidak, kalau kampus berbicara
lulusan yang bekerja dengan gaji sekian, maka kampus ini berbicara sejak
mahasiswa sudah harus men-generate income
dalam US$. Nilai mahasiswa bisa diambil dari seberapa besar income mahasiswa
yang bisa didapatkan. Standar beyond standar, out of the box. Dari sinilah nama kampus ini mendapatkan rekognisi
masyarakat luas dan bahkan internasional.
Praktik baik dari kampus tsb. yang
lain adalah, kalau kampus lain meneliti dan menulis lalu dikirim ke jurnal
terindeks Scopus dan memerlukan biaya, maka sebaliknyadi kampus ini peneliti
berkarya dan berbenghasilan dulu baru pengalamannya ditulis di jurnal terindeks
Scopus. Tak heran bila walau prodi-prodi di kampus ini masih terakreditasi C
namun peminatnya membludak melebihi jumlah mahasiswa prodi di kampus besar yang
lain. Ukuran mutu tidak berbicara akreditasi lagi namun sudah pada outcome.
Kampus lain, sebuah sekolah tinggi bidang perbankan di Surabaya
juga sudah mulai mempercepat langkah mereka menuju rekognisi innternasioal dengan
merevisi targetnya menembus batas border pertama yang terlihat, mendekatkan
target agar lebih jelas terlihat dan membumi. Target muluk-muluk hanya seperti
dongeng dan mimpi yang sulit dibayangkan kenyataannya entah kapan akan
dicapainya. Kita perlu mendekatkan target agar segenap civitas akademika
bersemangat seperti melihat dekatnya pulau harapan dibanding pulau yang jauh
tidak terlihat.
Semua perguruan tinggi, negeri
maupun swasta, besar ataupun kecil, lama atau baru memilki kesempatan yang sama
untuk unggul menembus batas-batas mindset ketidakmampuan dan kekurangan,
batas-batas kekurangan yang selalu mengungkung untuk hanya mengeluh dan
mengeluh, kalah dan pasrah.
Ayo perguruan tinggi, temukan
kekhasanmu sebagai kekuatanmu, eksplore habis keunggulanmu dan engkau akan
menang menembus batas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar