Di tengah sepi, dingin, dan lelah, kami
coba mengetuk kaca pintu dan memencet bel dan bersuara memanggil namun nihil.
Pak Mursid mencoba menelpon nomer yang tertera di tembok hotel dan hanya suara
mesin penjawab yang terdengar. Setelah menunggu 30 menit tidak ada respon dari
hotel saya memutuskan berjalan ke jalan raya dan mencegat mobil yang lewat
untuk mencari tumpangan ke kota, karena taxi yang mengantar kami sudah pergi.
Lokasi Hotel Diba ada di pinggiran kota dan sepi. Di jalan hanya ada beberapa mobil
yang lewat dan tidak melambatkan lajunya. Kami betul-betul hopeless. Namun tiba-tiba dari
belakang saya ada anak muda naik sepeda dan saya hentikan. Saya jelaskan
problem kami, intinya kalau ada hotel terdekat kami minta diberi arah. Nino,
nama anak muda yang masih kelas akhir tingkat sekolah menengah atas ini. Nino
mau menemani perjalanan kami dengan berjalan kaki sekitar 1 km ke arah hotel
sesuai aplikasi di handphone-nya, karena handphone kami tidak ada koneksi ke internet. Berjalan sekitar 10 menitan kami tiba di sebuah hotel di pojok jalan, namun lagi-lagi kami
tidak beruntung, hotel kondisinya sama dengan Diba, sudah tutup. Di tengah malam
sepi sekitar pukul 12 malam dan kelelahan perjalanan ditambah jalan kaki 1 km
kamipun minta ditelponkan taxi untuk mencari hotel di kota. Nino anak muda ini
segera menelpon taxi dan mengatakan taxi akan datang 10 menit lagi dan dia
pamit pergi.
Dan benar sekitar 10 menit kami
menuggu di depan hotel, taxipun datang. Dan keluarlah driver seorang laki-laki
tua bergerak lambat dan…..tidak bisa bahasa inggris! Berbeda jauh dengan Nino
yang mudah dan cekatan dan bisa berbahasa inggris. Lemaslah saya…matilah kami.
Untung kami punya gambar capture sebuah hotel pilihan saat browsing di aplikasi,
capture ini ternyata berguna saat akses internet tidak ada. Sesaat kemudian driver
mengisyaratkan tanda mengerti dan kamipun bergegas memasukkan koper dan masuk
mobil. Meluncur dengan sangat pelan….kami menyusuri jalan-jalan sepi tidak
seorangpun ada di jalan seperti kota mati, tidak seperti di daerah pinggiran
kota-kota Indonesia yang ada orang dan warung buka walau tengah malam.
Kamipun sampai kota dan berhenti
di depan sebuah hotel, Ibis Budget. Salah satu dari kami, Pak Mursid turun
untuk memeriksa pintu hotel yang nampak tutup rapat dan tidak ada
resepsionisnya, cemas menunggu di mobil saya melihat Pak Mursid bisa membuka
pintu hotel namun hanya di pintu terluar yang bisa dibuka, pintu kedua nampak
terkunci. Dari gerakan Pak Mursid menandakan kesulitan membuka pintu membuat
saya semakin cemas, waktu sudah menunjukkan pukul 13an malam, rencananya kalau
hotel tersebut tutup maka taxi akan kami minta lanjutkan perjalanan mencari
hotel lain. Kemudian kami lihat dari kaca, ada petugas yang jaga membukakan
pintu. Saya melihat Pak Mursid berbincang dengan petugas di resepsionis,
sejurus kemudian Pak Mursid memberikan isyarat ke kami agar masuk.
Aha…..alhamdulillah ada kamar tersedia walau hanya 2 kamar. No problem yang
penting bisa meletakkan badan dan kepala di kasur! Badan kepala sudah terasa berat
efek jet lag perjalanan jauh total 20an jam.
Tidak ada yang kebetulan di dunia
ini, semua atas kehendak-Nya. Bagi kami Nino adalah “utusan”-Nya untuk
membantu kami keluar mencari solusi atas kebuntuan keadaan saat itu, Nino
diutus untuk lewat di malam sepi dan dingin lewat di depan Hotel Diba dan
bertemu saya dan akhirnya mau membantu menemani kami berjalan kaki sambil
menuntun sepedanya. Pada akhirnya Nino yang menelpon taxi dan kami akhirnya
bisa istirahat malam itu. Utusan kami yang kedua adalah kakek sang driver,
karena telah “menyasarkan” ke hotel Ibis Budget padahal yang kami tunjukkan adalah
hotel Ibis Hannover! hotel Ibis Hannover ini walau kami capture gambarnya sebenarnya untuk tanggal 3 dan 4 September sudah penuh alias tidak ada
kamar. Kami tunjukkan gambar hotel tsb. hanya semata karena agar kami bisa diantar ke
kota karena keterbatasan bahasa sang kakek driver. Dan ahlhamdulillah Ibis Budget
ini representatif dan murmer dan malah di depan stasiun sentral dan terminal bis, jadi dekat kemana-mana. Pendek
kata semua sudah diatur oleh-Nya. Alhamdulillah.
Pelajarannya adalah pertama untuk
menginap di hotel bintang 2 atau 3 sekalipun di luar negeri jangan samakan
seperti hotel di Indonesia yang 24 jam ditunggu resepsionisnya walau kita
sudah memberi pesan check in
terlambat tetap saja nihil, ini pengalaman kedua setelah di Melbourne juga
begitu, kami datang sekitar pukul 4 pagi hotel juga tutup tidak ada yang
menjaga di resepsionisnya. Untuk kepastian dan amannya pilih hotel yang sudah
punya nama dan jaringan internasional.
Pelajaran kedua, kebaikan kita
akan dibalas dimana saja dan kapan saja ketika kita membutuhkannya, di
saat-saat genting dan yang datang bisa siapa saja, anak muda atau kakek-kakek
sekalipun. Maka dimanapun dan kapanpun jangan lewatkan berbuat baik kepada
siapapun yang kita temui, bisa anak kecil sampai kakek-kakek, mulai dari OB
hotel, tukang sapu, sol sepatu, penjual sapu lidi, ibu-ibu penjual tisu dengan
apa saja yang kita miliki kelebihan, bisa makanan atau uang dan bahkan senyum
sapa kita. Kebaikan kita tidak akan tertukar, PASTI akan berbalas. Sebaliknya
jangan pernah sekali-kali menyakiti orang baik fisik atau kata-kata kita.
Karena kita tidak akan pernah tahu balasannya berupa apa, kapan dan
dimana….naudzu billahi min dzalik kalau balasannya adalah kemalangan kepada
kita.
Siapa menanam benih akan menuainya.
BalasHapusmari gabung bersama kami di Aj0QQ*c0M
BONUS CASHBACK 0.3% setiap senin
BONUS REFERAL 20% seumur hidup.